BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG MASALAH
Pendidikan merupakan salah satu hal yang paling penting untuk mempersiapkan
kesuksesan masa depan pada zaman globalisasi. Pendidikan bisa diraih dengan
berbagai macam cara salah satunya pendidikan di sekolah. Menurut Suharsimi
Arikunto (1997:4) menyebutkan bahwa dalam proses pendidikan ada lima faktor
yang berpengaruh yaitu: (1) guru dan personil lainnya, (2) bahan pelajaran, (3)
metode mengajar dan sistem evaluasi, (4) sarana penunjang dan (5) sistem
administrasi. Kelima faktor tersebut di lingkungan sekolah.
Menurut
Suparlan (2008:71) sebuah pendidikan mempunyai tiga komponen utama yaitu
guru,siswa dan kurikulum. Ketiga komponen tersebut tidak dapat dipisahkan dan
komponen-komponen tersebut berada di lingkungan sekolah agar proses kegiatan
belajar mengajar dapat berjalan sesuai dengan yang diinginkan.
Pendidikan disekolah merupakan kewajiban bagi seluruh warga Negara Indonesia,
untuk itu pemerintah telah mencanangkan Wajib Belajar 9 Tahun. Hal ini sejalan
dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
Pasal 3 yang mnyatakan bahwa Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan
kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa dan bermartabat dalam
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi
peserta didik agar menjadi individu beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi
warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Potensi yang dimiliki siswa berbeda-beda, begitu juga dengan cara mengembangkan
potensi yang dimiliki. Cara mengembangkan bergantung kepada keinginan yang
dimiliki oleh setiap siswa. Hal ini dipengaruhi oleh motivasi setiap pribadi
masing-masing. Motivasi merupakan suatu kondisi yang dimiliki oleh setiap siswa
untuk bertingah laku. Menurut W.S. Winkel (1983:29) siswa yang sudah
duduk di Sekolah Menengah Atas/Kejuruan harusnya lebih dipengaruhi oleh
motivasi intrinsik, karena siswa tersebut sudah mempunyai kesadaran pentingnya
belajar untuk masa depan. Namun dalam realita masih banyak siswa yang belum
dipengaruhi oleh motivasi intrinsik tersebut. Berdasarkan hal-hal
tersebut, sehingga guru mempunyai peran penting untuk mengembangkan motivasi
intrinsik tersebut.
Motivasi yang dimiliki oleh setiap siswa pun berbeda-beda, terutama motivasi
dalam hal belajar atau sering disebut dengan motivasi belajar.
Menurut Lester
D. Crow dan Alice Crow (1948) yang diterjemahkan oleh Kasijan (1984:360)
motivasi dalam belajar harus dibantu dengan bimbingan untuk memahami arti dalam
kegiatan belajar agar siswa tersebut mempunyai keinginan untuk mempelajari yang
seharusnya dipelajari. Jika keinginan setiap siswa dalam belajar harus didukung
oleh bimbingan yang sesuai maka motivasi siswa dalam belajar pun akan semakin
meningkat sehingga tujuan dari motivasi pun juga akan tercapai, yaitu prestasi
belajar.
Menurut B. R. Bugelski (1956) yang diterjemahkan oleh Kasijan (1984:361) motivasi
sangat berhubungan erat dengan perhatian dan sikap guru berperan sangat penting
untuk mendorong siswa agar dapat belajar dengan penuh perhatian. Dengan
demikian, guru merupakan salah satu sumber yang sangat penting dalam
menumbuhkan motivasi siswa. Guru adalah komponen yang sangat penting yang
terdapat di dalam lingkungan sekolah. Lokal Area Network adalah salah satu mata
pelajaran di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Lokal Area Network adalah mata
pelajaran praktik yang di lakukan di laboratorium komputer. Lokal Area Network
atau biasa disingkat LAN adalah jaringan komputer yang jaringannya hanya
mencakup wilayah kecil seperti jaringan komputer kampus, gedung, kantor, dalam
rumah, sekolah atau yang lebih kecil.
Peran guru
dalam proses pembelajaran, antara lain sebagai informator/ komunikator,
organisator, konduktor, motivator, pengarah dan pembimbing, pencetus ide,
penyebar luas, fasilisator, evaluator, dan pendidik. Dalam proses belajar
mengajar sebagai suatu keseluruhan proses peran guru tidak dapat
dikesampingkan. Karena belajar itu adalah interaksi antara pendidik dalam hal
ini guru dengan peserta didik atau siswa yang menghasilkan perubahan tingkah
laku. Di sekolah, guru merupakan salah satu faktor penentu pokok dalam
peningkatan mutu pendidikan. Oleh karena itu, proses tersebut harus
dirancang sedemikian rupa, sehingga dapat menghasilkan prestasi belajar yang
sesuai dengan yang diinginkan. Guru hendaknya tidak menggunakan metode
pelajaran yang monoton seperti ceramah atau mencatat. Dalam proses pembelajaran
guru harus dapat mengguakan metode-metode atau cara mengajar yang baik sehingga
siswa dapat merasa tertarik atau tidak bosan pada saat proses belajar. Hal ini
sangat berpengaruh terhadap motivasi siswa dalam belajar.
SMK Tamansiswa
Jetis Yogyakarta merupakan salah satu SMK yang beralamatkan di Jalan
pakuningratan No. 34A Yogyakarta, dan Bengkel yang terletak di Jalan Bintaran
Wetan no 13 Yogyakarta. Letak sekolah yang terpisah antara bengkel dan praktik
dan sekolah tempat teori menjadikan satu tantangan khusus bagi siswa dan guru
untuk menerima dan memberi ilmu. SMK Tamansiswa Jetis Yogyakarta mempunyai 3
program studi keahlian, yaitu Teknik Mesin, Teknik Elektro, dan Teknik Komputer
Jaringan. Siswa SMK Tamansiswa Jetis Yogyakarta berasal dari berbagai latar
belakang pendidikan Sekolah Menengah Pertama (SMP) yang berbeda-beda dan
sebagian diantaranya berasal dari sekolah yang mempunyai fasilitas sekolah yang
minim, sehingga pemahaman siswa mengenai teknologi informasi pun masih kurang.
Hal ini diperoleh dari data yang diambil dari ketika KKN-PPL yang berlangsung
mulai tanggal 18 juli hingga 16 september 2011.
Lingkungan sekolah sangat berperan penting dalam proses belajar siswa. Sarana
prasarana yang terdapat disekolah sangat diperlukan dalam proses pembelajaran.
Sarana prasarana yang tidak lengkap akan membuat proses pembelajaran akan
terhambat. Begitu juga dengan peran guru dalam proses pembelajaran yang
digunakan oleh guru dalam menyampaikan materi kepada siswa.
Sarana prasarana yang berupa ruangan laboratorium harus mencukupi jumlah siswa
yang ada disekolah tersebut, sehingga siswa dapat memiliki satu komputer. Namun
kenyataanya di lapangan sarana prasarana komputer yang ada pun belum memadai.
Setiap siswa pun tidak bisa memiliki satu komputer, namun satu komputer harus
untuk tiga siswa. Hal ini membuat siswa sedikit kesulitan dalam memahami materi
jika ketiga siswa tersebut tidak saling bekerjasama. Di laboratorium komputer
sekolah belum terdapat media pendukung pembelajaran berupa viewer. Sebagian
besar guru mata pelajaran Lokal Area Network dalam proses pembelajarannya masih
menggunakan metode ceramah sehingga guru tidak dapat mempraktikan secara
langsung materi praktik, yang kemudian dapat diikuti secara bersamaan oleh
siswa. Materi yang disampaikan oleh guru, namun guru tidak bisa menunjukan
langsung materi yang dimaksut, sehingga guru harus berjalan satu per satu ke
komputer siswa. Apabila tidak seperti itu hal ini membuat siswa sulit untuk
menerima materi praktik yang diberikan.
Selain itu guru yang mengajar pun tidak harus monoton atau harus mempunyai ide
dalam menjelaskan materi agar seluruh siswa paham dengan materi yang diberikan.
Cara guru yang menjelaskan materi dengan ceramah, dan tidak ada media pendukung,
hal ini menuntut siswa untuk mencatat. Hal ini membuat siswa mencatat dengan
buku seadanya yang siswa bawa ke laboratorium komputer. Buku catatan yang
digunakan untuk mencatat materi yang disampaikan oleh guru LAN, seringkali
dicampur dengan mata pelajaran lain, sehingga siswa sering mengalami kesulitan
dalam belajar. Hal ini akan berpengaruh terhadap disiplin belajar siswa.
Menurut data yang diperoleh, dari tahun ke tahun masih banyak pula siswa yang
mendapatkan di bawah rata-rata/di bawah nilai ketuntasan untuk mata pelajaran
Lokal Area Network. Nilai-nilai yang masih banyak di bawah nilai ketuntasan
dari tahun ke tahun menimbulkan pertanyaan bagi guru, faktor-faktor yang
mempengaruhi prestasi belajar siswa. Prestasi tersebut bisa diawali dengan
motivasi belajar siswa yang bisa disebabkan oleh beberapa faktor.
Berdasarkan persoalan-persoalan tersebut maka timbul permasalahan yang perlu
dikaji yang berhubungan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi belajar
siswa pada mata pelajaran Lokal Area Network. Faktor- faktor tersebut pada
penelitian ini hanya dibatasi oleh lingkungan sekolah dan peran guru dalam
proses pembelajaran saja. Melalui metode yang sama, maka peneliti mengusulkan
“Pengaruh Lingkungan Sekolah, Peran Guru dalam Proses Pembelajaran terhadap
Motivasi Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Lokal Area Network di SMK Tamansiswa
Jetis Yogyakarta” sebagai judul penelitian ini.
B. Identifikasi Masalah
1.
Nilai hasil
evaluasi belajar yang masih banyak di bawah rata-rata/di bawah nilai ketuntasan
dari tahun ke tahun.
2.
Kurangnya
variasi guru terhadap proses pembelajaran dalam menerangkan materi pelajaran.
3.
Kelengkapan
sarana prasarana yang terdapat di laboratorium belum memadai.
4.
Satu
komputer tidak bisa “dimiliki” oleh satu siswa, sehingga membuat siswa sedikit
kesulitan dalam memahami materi jika mereka tidak ada saling kerjasama.
5.
Kurangnya
perhatian siswa tentang buku catatan tersendiri sehingga siswa
mengalami kesulitan dalam memahami materi.
6.
Rendahnya
minat siswa untuk memahami mata pelajaran.
C.
Pembatasan Masalah
Memperhatikan identifikasi masalah diatas, permasalahan yang diteliti dibatasi
dua faktor saja yang berhubungan dengan motivasi belajar siswa, yaitu
lingkungan sekolah dan peran guru dalam proses pembelajaran pada mata pelajaran
Lokal Area Network di SMK Tamansiswa Jetis Yogyakarta.
C. Rumusan Masalah
1.
Apakah
lingkungan berpengaruh terhadap motivasi belajar siswa pada mata
pelajaran Lokal Area Network di SMK Tamansisa Jetis?
2.
Apakah peran
guru dalam proses pembelajaran berpengaruh terhadap motivasi belajar siswa
pada mata pelajaran Lokal Area Network di SMK Tamansisa Jetis?
3.
Apakah
lingkungan sekolah dan peran guru dalam proses pembelajaran berpengaruh secara
bersama-sama terhadap motivasi belajar siswa pada mata pelajaran Lokal
Area Network di SMK Tamansisa Jetis?
E. Tujuan
Penelitian
Tujuan
penelitian dirumuskan sebagai berikut:
1.
Mengetahui
lingkungan sekolah berpengaruh terhadap motivasi belajar siswa pada
pelajaran Lokal Area Network di SMK Tamansisa Jetis.
2.
Mengetahui
peran guru dalam proses pembelajaran guru berpengaruh terhadap motivasi belajar
pada pelajaran Lokal Area Network di SMK Tamansisa Jetis.
3.
Mengetahui
lingkungan sekolah, peran guru dalam proses pembelajaran berpengaruh secara
bersama-sama terhadap motivasi belajar siswa pada pelajaran Lokal Area
Network di SMK Tamansisa Jetis
F.
Manfaat
1.
Manfaat Praktis
a. Bagi sekolah mata pelajaran Lokal Area Network,
hasil penelitian ini dapat menjadi bahan masukan guna meningkatkan motivasi
belajar siswa dalam mencapai target belajar siswa yang diinginkan dlam
mengikuti pelajaran pelajaran Lokal Area Network.
b. Bagi peneliti, hasil penelitian ini dapat menjadi
sarana belajar untuk jadi seorang pendidik agar siswa dapat mengikuti pelajaran
dengan baik dan meningkatkan motivasi belajar siswa sehingga hasil belajar yang
diharapkan memuaskan.
2. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat
menjadi referensi guna penelitian ini lebih lanjut yang berkaitan dengan
motivasi belajar siswa dalam mencapai target belajar yang diinginkan dalam
mengikuti pelajaran Lokal Area Network.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Deskripsi Teori
1.
Tinjauan
tentang Motivasi Belajar
a. Pengertian
Motivasi Belajar
Motivasi merupakan aspek yang sangat penting dalam
mendukung seseorang dalam mengerjakan atau mempelajari sesuatu hal, sehingga
mempengaruhi seseorang dalam pencapaian sebuah prestasi belajar. Istilah
motivasi sering disamakan dengan istilah motif, M. Ngalim
Purwanto(2006:60) menyatakan motif adalah sesuatu yang mendorong seseorang
untuk bertindak melakukan sesuatu. Selain itu seperti yang dikatakan oleh
Sartain dalam buku Pshyclogy Understanding of Human Behaviour yang
dikutip oleh M. Ngalim Purwanto (2006:60) motif adalah suatu pernyataan yang
kompleks di dalam suatu organisme yang mengarahkan tingkah laku/perbuatan ke
suatu tujuan atau perangsang. Dengan demikian motif adalah hal yang mendorong
seseorang untuk mengerjakan sesuatu hal.
Adapun pengertian motivasi menurut seorang ahli yang
bernama McDonald yang dikutip oleh Wasty Soemanto (2006:203) motivasi sebagai
sebuah perubahan tenaga di dalam diri/pribadi seseorang yang ditandai oleh
dorongan efektif dan reaksi-reaksi dalam usaha mencapai tujuan. Definisi
tersebut berisi tiga hal, yaitu (1) motivasi dimulai dengan sistem perubahan
dalam diri seseorang, (2) motivasi ditandai oleh dorongan afektif, (3) motivasi
ditandai oleh reaksi-reaksi dalam mencapaian tujuan yang diinginkan.
Menurut Jamnes O. Whittaker yang dikutip oleh Wasty
Soemanto,(2006:205) motivasi adalah kondisi atau keadaan untuk bertingkah laku
untuk mencapai tujuan yang ditimbulkan oleh motivasi tersebut. Namun menurut
Ghuthrie yang dikutip oleh Wasty Soemanto (2006:206), motivasi hanyalah menimbulkan
variasi respons pada individu, dan apabila dihubungkan dengan cara hasil
belajar, motivasi tersebut bukan merupakan instrument dalam belajar tetapi
hanyalah penyebab dari variasi reaksi. Berdasarkan definisi motivasi yang telah
dikemukakan oleh beberapa ahli, dapat disimpulkan bahwa motivasi adalah suatu
kondisi untuk memberikan dorongan dalam melakukan suatu hal untuk mencapai
sebuah tujuan yang diharapkan.
Adapun menurut Sugihartono, dkk (2007:78) motivasi
belajar memegang peranan yang sangat penting untuk pencapaian prestasi belajar
siswa, krena motivasi belajar yang tinggi akan terlihat dari ketekunan
yang tidak mudah menyerah meskipun dihadapkan oleh beberapa kendala. Motivasi
tinggi tersebut dapat ditemukan dalam sikap siswa ,antara lain: (1) tingginya
keterlibatan afektif siswa dalam belajar, (2) tingginya keterllibatan siswa
efektif siswa dalam belajar, (3) tingginya upaya siswa untuk menjaga agar
senantiasa memiliki motivasi belajar. W.S. Winkel (1983:27) mengemukakan
motivasi belajar adalah daya penggerak secara keseluruhan yang berasal dari
dalam diri siswa untuk menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan
dan memberikan arah pada kegiatan belajar tersebut hingga tujuan yang
dikehendaki siswa akan tercapai.
Berdasarkan pendapat di atas dengan demikian motivasi
belajar adalah sebuah dorongan untuk melakukan sesuatu hal yang diwujudkan
dalam sebuah tindakan untuk melakukan kegiatan belajar dalam mencapai sebuah
tujuan yang diharapkan.
b. Macam-macam Motivasi Belajar
Motivasi-motivasi untuk belajar yang
muncul dari dalam diri seseorang terdapat berbagai macam hal. Apabila dilhat
dari beberapa sudut pandang, para ahli psikologi berusaha untuk menggolongkan
motif-motif yang ada di dalam diri individu ke dalam beberapa golongan. Menurut
Sartain yang dikutip oleh M. Ngalim Purwanto (2006-62) membagi motif-motif
tersebut menjadi dua golongan, yaitu: (1) physiological drive, (2) social
motives. physiological drive adalah sebuah dorongan yang bersifat
fisiologis seperti lapar, haus, seks dan sebagainya. Sedangkan social
motives adalah dorongan-dorongan yang hubunganya dengan manusia dengan
manusia yang lain dalam masyarakat,seperti: dorongan estetis, dorongan ingin
selalu berbuat baik (etika) dan sebagainya. Jadi kedua golongan motif
tersebut saling berhubungan dengan yang lain. Woodwort
yang dikutip oleh M. Ngalim Purwanto (2006:63) menyatakan bahwa motif-motif
pada seseorang berkembang melalui kematangan, latihan dan belajar.
Menurut Wasty Soemarno (2006:207)
mengemukakan bahwa motivasi memiliki dua elemen, yaitu elemen dalam (inner
component), elemen luar (outer component). Elemen dalam (inner
component) adalah elemen yang berupa perubahan yang terjadi dalam diri
seseorang. Perubahan ini berupa keadaan tidak puas atau ketegangan psikologis.
elemen luar (outer component) adalah element yang mengarahkan tingkah
laku seseorang yang berada di luar diri seseorang tersebut untuk mencapai
tujuan yang ingin dicapai.
Menurut M. Sobry Sutikno
(http://www.buderfic.or.id/h-129/peran-guru-dalam-membangkitkan-motivasi-belajar-siswa.html)
menyebutkan bahwa motivasi belajar ada dua yaitu motivasi intrinsik dan
motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik adalah motivasi yang berasal dari dalam
individu itu sendiri tanpa ada paksaan atau dorongan dari orang lain. motivasi
ekstrinsik adalah motivasi yang timbul dari luar diri individu karena adanya
paksaan atau dorongan dari orang lain sehingga individu tersebut mempunyai
kemauan untuk melakukan sesuatu atau belajar.
Berdasarkan pendapat di atas dapat
disimpulkan bahwa motivasi belajar dibagi menjadi dua macam, yaitu motivasi
belajar yang berasal dari dalam diri individu/siswa (motivasi intrinsik) dan
motivasi belajar yang dari luar diri individu/siswa (motivasi ekstrinsik).
Kedua macam motivasi belajar tersebut sangat berperan penting bagi pencapaian
tujuan belajar siswa dan mempunyai keterkaitan.
c. Faktor-faktor yang Memengaruhi Motivasi Belajar
Motivasi belajar dapat
dipengaruhi oleh beberapa faktor. Menurut Brophy (2004) yang dikutip oleh Anonim terdapat
lima faktor yang dapat mempengaruhi motivasi belajar siswa, yaitu: (1) harapan
guru, (2) instruksi langsung, (3) umpan balik (feedback) yang tepat, (4)
penguatan atau hadiah, (5) hukuman.
W.S. Winkel (1983:29) mengemukakan bahwa siswa yang masih duduk dibangku
Sekolah Dasar (SD) lebih dipengaruhi oleh motivasi ekstrinsik, sedangkan siswa
yang sudah duduk di bangku Sekolah Menengah Atas/Kejuruan seharusnya lebih
dipengaruhi oleh motivasi intrinsik, karena siswa tersebut sudah mempunyai
kesadaran pentingnya belajar untuk masa depan. Namun dalam realita masih banyak
siswa yang belum dipengaruhi oleh motivasi intrinsik tersebut. Berdasarkan
hal-hal tersebut, guru mempunyai peran penting untuk mengembangkan motivasi
intrinsik tersebut.
d. Upaya Menumbuhkan Motivasi Belajar
Pentingnya
motivasi untuk belajar dalam pencapaian tujuan yang diharapkan oleh siswa, maka
motivasi merupakan hal yang utama yang harus dimiliki oleh setiap siswa.
Motivasi ini harus dimulai dari diri siswa itu sendiri. Motivasi dalam diri
siswa merupakan hal yang paling penting, karena apabila siswa tersebut tidak
mempunyai kesadaran dalam belajar mak motivasi itu tidak akan tumbuh, walaupun
faktor dari luar diri siswa sudah mendukung. Maka dari itu harus terdapat upaya
untuk menumbuhkan motivasi belajar.
Membangkitkan motivasi belajar siswa
tidaklah mudah. Guru merupakan salah satu cara untuk menumbuhkan motivasi
belajar siswa, karena guru merupakan orang yang berperan penting dalam proses
belajar siswa. Namun apabila guru tidak paham dengan hal yang diinginkan oleh
siswa, maka motivasi tersebut tidak bisa ditumbuhkan dari dalam diri siswa.
Motivasi tersebut dapat ditumbuhkan dari dalam diri siswa. Motivasi tersebut
dapat ditumbuhkan salah satunya dengan cara guru menberikan reward pada siswa
yang aktif dalam kegiatan belajar mengajar.
Menurut Sardiman (2010:92-95)
menyatakan bahwa bentuk dan cara yang dapat digunakan untuk menumbuhkan
motivasi dalam belajar adalah:
1)
Pemberian
angka, hal ini disebabkan karena banyak siswa belajar dengan tujuan utama yaitu
untuk mencapai angka/nilai yang baik.
2)
Hadiah,
namun dengan pemberian hadiah tidak semua senang, karena hadiah tersebut tidak
akan menarik bagi siswa yang tidak berbakat dalam suatu pekerjaan.
3)
Persaingan/kompetisi,
dengan persaingan individual maupun kelompok dapat meningkatkan kegiatan
belajar siswa.
4)
Ego-involvement,
yaitu menumbuhkan kesadaran kepada siswa agar merassakan pentingnya tugas dan
menerimanya sebagai tantangan sehingga bekerja keras dengan mempertaruhkan
harga diri.
5)
Memberi
ulangan, hal ini dilesaikan tugas sebabkan para siswa akan menjadi giat belajar
kalau mengetahuai akan ada ulangan.
6)
Memberitahukan
hasil, hal ini aka mendorong siswa untuk lebih giat belajar terutama kalau
terjadi kemajuan.
7)
Pujian, jika
ada siswa yang berhasil menyelesaikan tugas dengan baik, hal ini merupakan
bentuk penguatan positif.
8)
Hukuman,
dengan pemberian hukuman yang tepat dapat meningkatkan motivasi siswa dalam
belajar.
9)
Hasrat
belajar, dengan adanya hasrat belajar yang tumbuh dari dalam diri siswa itu
sendiri, maka hasil belajar akan lebih baik.
10) Minat, minat adalah motivasi pokok yang
timbul karena kebutuhan.
11) Tujuan yang diakui, dengan memahami tujuan
yang akan dicapai, maka akan mempermudah untuk menimbulkan gairah belajar
siswa.
W.S. Winkel (1983:30)
mengemukakan bahwa upaya-upaya yang dapat dilakukan oleh seorang guru dalam
menumbuhkan motivasi intrinsik pada siswa,yaitu: (1) menjelaskan mengenai
tujuan dan kegunaan mempelajari suatu pelajaran yang diajarkan, (2) menunjukan
antusiasme dan menggunakan prosedur mengajar yang sesuai, (3) memberikan materi
pelajaran yang tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sulit, (4) menjaga
disiplin balajar di dalam kelas, dan (5) membagikan hasil PR dan ulangan dalam
waktu yang singkat. Selain itu guru dapat memberikan inisiatif lain untuk
menumbuhkan motivasi intrinsik siswa, diantaranya adalah dengan menggunakan
pujian berdasarkan prestasi, dan hukuman asalkan tidak menyakitkan siswa.
Inisiatif-inisiatif tersebut digunakan untuk menggerakkan siswa belajar.
Menurut W.S Winkel (1983-31) guru di SMA/K harus bisa membuat siswa senang
dalam belajar, anatara lain: (1) membina hubungan yang baik/akrab dengan siswa,
(2) menhyajikan materi pelajaran yang tidak terlalu mudah dan tidak terlalu
sulit, (3) menggunakan alat-alat pendukung pembelajaran, dan (4) bervariasi
dalam menggunakan metode pembelajaran.
Berdasarkan pendapat-pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa terdapat usaha-
usaha dalam menumbuhkan motivasi belajar siswa, yaitu dengan cara menjelaskan
mengenai tujuan dan maksud dari sebuah pembelajaran, menggunakan variasi metode
pembelajaran, memberikan materi pelajaran yang mudah dimengerti siswa,
memberikan pujian bagi siswa yang berprestasi dan hukuman bagi siswa yang
melanggar, menerapkan disiplin belajar siswa.
e. Ciri-ciri motivasi belajar
Menurut Sardiman (2009:83) Teori ini
mirip dengan teori insting, tetapi lebih ditekankan pada unsur-unsur kejiwaan
yang ada pada diri manusia. Bahwa setiap tindakan manusia karena adanya unsure
pribadi manusia yakni id dan ego. Tokoh dari teori ini adalah
Freud. Selanjutnya untuk melengkapi uraian mengenai makna dan teori tentang
motivasi itu, perlu dikemukakan adanya beberapa ciri motivasi. Motivasi yang
ada pada diri setiap orang itu memiliki cirri-ciri sebagai berikut:
1)
Tekun
menghadapi tugas (dapat bekerja terus menerus dalam waktu yang lama,tidak
berhenti sebelum selesai).
2)
Ulet
menghadapi kesulitan (tidak lekas putus asa). Tidak memerlukan dorongan dari
luar untuk berprestasi sebaik mungkin (tidak cepat puas dengan prestasi yang
telah dicapainya).
3)
Menunjukkan
minat terhadap bermacam-macam masalah untuk orang dewasa (misalnya masalah
pembangunan agama, politik, ekonomi, keadilan, pemberantas korupsi, penentangan
terhadap setiap tindakan kriminal, amoral, & sebagainya.
4)
Lebih senang
belajar mandiri.
5)
Cepat bosan
pada tugas-tugas yang rutin (hal-hal yang bersifat mekanis, berulang-ulang
begitu saja, sehingga kurang kreatif).
6)
Dapat
mempertahankan pendapatnya (kalau sudah yakin akan sesuatu).
7)
Tidak mudah
melepaskan hal yang diyakini itu.
8)
Senang
mencari & memecahkan masalah soal-soal.
Apabila seseorang memiliki ciri-ciri
seperti diatas, berarti orang itu selalu memiliki motivasi yang cukup kuat.
Ciri-ciri motivasi itu akan sangat penting dalam kegiatan belajar mengajar.
Dalam kegiatan belajar mengajar akan sangat berhasil baik, kalau siswa tekun
mengerjakan tugas, ulet dalam memecahkan berbagai masalah & hambatan secara
mandiri. Siswa yang belajar dengan baik tidak akan terjebak pada sesuatu
rutinitas & mekanis. Siswa harus mampu mempertahankan pendapatnya, kalau ia
sudah yakin & dipandangnya cukup rasional, bahkan lebih lanjut siswa harus
juga peka & responsif terhadap berbagai masalah umum&bagaimana
memikirkan pemecahanya. Hal-hal itu semua harus dipahami benar oleh guru, agar
dalam berinteraksi dengan siswanya dapat memberikan motivasi yang tepat dan
optimal.
Menurut Elida Prayitno (1989:11) Di
dalam proses belajar siswa yang termotivasi secara intrinsik dapat dilihat dari
kegiatannya yang tekun dalam mengerjakan tugas-tugas belajar karena merasa
butuh & ingin mencapai tujuan belajar yang sebenarnya. Tujuan belajar yang
sebenarnya adalah untuk menguasai apa yang sedang dipelajari, bahkan karena
ingin mendapat pujian dari guru. Grage & Herline (1988) mengemukakan bahwa
siswa yang termotivasi secara intrinsik aktivitasnya lebih baik dalam belajar
daripada siswa yang termotivasi secara ekstrinsik. Siswa yang memiliki motivasi
ekstrinsik menunjukan keterlibatan & aktivitas yang tinggi dalam belajar.
Siswa seperti ini baru akan mencapai kepuasan kalau ia dapat memecahkan masalah
pelajaran dengan benar, dan kalau mengerjakan tugas dengan baik.
Mempelajari/mengerjakan tugas-tugas dalam belajar membentuk tantangan
baginya& ia terpaut tanpa terpaksa terhadap tugas-tugas belajar tersebut.
Berdasarkan pendapat di atas dapat
disimpulkan bahwa ciri seseorang yang mempunyai motivasi yaitu: tekun
menghadapi, ulet menghadapi kesulitan, Menunjukkan minat terhadap
bermacam-macam masalah untuk orang dewasa, lebih senang belajar mandiri, cepat
bosan pada tugas-tugas yang rutin, dapat mempertahankan pendapatnya, tidak
mudah melepaskan hal yang diyakini itu serta senang mencari & memecahkan
masalah soal-soal. Siswa yang termotivasi secara intrinsik aktivitasnya lebih
baik dalam belajar daripada siswa yang termotivasi secara ekstrinsik.
2. Tinjauan
Tentang Lingkungan Sekolah
a. Lingkungan
Sekolah
Manusia sebagai makhluk sosial pasti akan selalu bersentuhan dengan lingkungan
sekitar. Lingkungan inilah yang secara langsung/tidak langsung dapat
mempengaruhi karakter/sifat seseorang. Lingkungan secara sempit diartikan
sebagai alam sekitar diluar diri manusia atau individu sedangkan secara arti
luas, lingkungan mencakup segala material dan stimulus di dalam dan diluar
individu, baik yang bersifat fisiologis, psikologis, maupun sosio kultural.
Secara fisiologis, lingkungan meliputi kondisi dan material jasmaniah di dalam
tubuh. Secara psikologis, lingkungan mencakup segenap yang diterima oleh
individu mulai sejarah sejak dalam kondisi konsensi, kelahiran, sampai
kematian.
Secara sosio kultural, lingkungan
mencakup segenap stimulus, interaksi, dan dalam hubungannya dengan perlakuan
ataupun karya orang lain (M. Dalyono,2005:129) “Lingkungan
adalah segala sesuatu yang berada diri kita, yang dalam arti yang lebih sempit,
lingkungan merupakan hal-hal/sesuatu yang berpengaruh terhadap perkembangan
manusia” (Tabrani Rusyan.dkk:1994). Menurut Oemar Hammalik “Lingkungan adalah
sesuatu yang ada di alam sekitar yang memiliki makna/pengaruh tertentu kepada
individu”. Lingkungan menyediakan stimulus terhadap individu sedangkan individu
memberikan respon terhadap lingkungan yang ada di dalam alam sekitar.
Segala kondisi yang berada di dalam
& diluar individu baik fisiologis, psikologis, maupun sosial kultural akan
mempengaruhi tingkah individu kea rah yang benar. Lingkungan berpengaruh secara
langsung maupun tidak langsung. Pengaruh yang langsung misalnya pergaulan
dengan keluarga, teman-teman,sedangkan pengaruh tidak langsung misalnya melalui
televisi, membaca Koran dsbt.
Menurut Dwi Siswoyo., dkk, lingkungan
pendidikan meliputi:
1)
Lingkungan
phisik (keadaan iklim, keadaan alam)
2)
Lingkungan
budaya (bahasa, seni, ekonomi, politik pantangan hidup, & keagamaan).
3)
Lingkungan
sosial /masyarakat (keluarga, kelompok, bermain, organisasi) (Dwi Siswoyo,dkk.,2007:148)
Berdasarkan berbagai pernyataan diatas,
dapat disimpulkan bahwa lingkungan adalah segala sesuatu yang berada di alam
sekitar yang memiliki makna/pengaruh terhadap karakter/sifat seseorang secara
langsung maupun tidak langsung.
b. Pengertian Lingkungan Sekolah
Sekolah adalah lembaga pendidikan
secara resmi menyelenggarakan kegiatan pembelajaran secara sistematis,
berencana, sengaja& terarah yang dilakukan oleh pendidik yang professional
dengan program yang dituangkan ke dalam kurikulum tertentu & diikuti oleh
peserta didik pada setiap jenjang tertentu, mulai dari tingkat anak-anak sampai
perhuruan tinggi. Menurut Sumitro,dkk. “Sekolah adalah lingkungan pendidikan
yang mengembangkan & meneruskan pendidikan anak menjadi warga Negara yang
cerdas, terampil & bertingkah laku baik” (Sumitro,dkk.,2006:81). Sekolah
sebagai tempat belajar bagi seorang siswa dan teman-temannya untuk mendapatkan
ilmu pengetahuan dari gurunya dimana pelaksanaan kegiatan belajar dilaksanakan
secara formal.
“Sekolah merupakan lingkungan
pendidikan formal. Dikatakan formal karena disekolah terlaksana serangkaian
kegiatanterencana dan terorganisasi, termasuk kegiatan dalam rangka proses
belajar-mengajar di kelas” (Winkel,2009:28). Definisi lain menyebutkan bahwa “sekolah
adalah suatu lembaga yang memberikan pelajaran kepada murid-muridnya” (Oemar
Hamalik,2003:5). Sekolah dapat mengembangkan dan meningkatkan pola pikir anak
karena di sekolah mereka belajar bermacam-macam ilmu pengetahuan.
Kualitas guru merupakan faktor yang
penting pula. Kualitas guru yang dimaksud meliputi sikap & kepribadan guru,
tinggi rendahnya pengetahuan yang dimiliki guru, & sebagaimana cara guru
itu mengajarkan pengetahuan itu kepada anak didiknya, turut menentukan
bagaimana hasil belajar yang dapat dicapai anak (Ngalim
Purwanto,2006:105) keadaan sekolah tempat belajar turut mempengaruhi
tingkat keberhasilan belajar. “Keadaan gedung sekolahnya & letaknya,serta
alat-alat belajar yang juga ikut menentukan keberhasilan belajar siswa” (Muhibbin
Syah,2006:152).
“Letak gedung sekolah harus memenuhi
syarat-syarat seperti tidak terlalu dekat dengan kebisingan/jalan
ramai&memenuhi syarat-syarat yang telah ditentukan ilmu kesehatan sekolah”
(Sumadi Suryabrata,2006:233) lingkungan sekolah seperti para guru, staf
administrasi & teman-teman sekelas juga dapat mempengaruhi semangat belajar
siswa. Para guru yang menunjukkan sikap & perilaku yang simpatik, misalnya
rajin membaca & berdiskusi dapat menjadi daya dorong yang positif bagi
kegiatan belajar siswa. Teman-teman yang rajin belajar dapat mendorong seorang
siswa untuk lebih semangat dalam kegiatan belajarnya.
Menurut Nana Syaodih Sukmadinata,
lingkungan sekolah meliputi:
1)
Lingkungan
fisik sekolah seperti sarana & prasarana belajar, sumber-sumber
belajar,& media belajar.
2)
Lingkungan
sosial menyangkut hubungan siswa dengan teman-temanya, guru-gurunya, & staf
sekolah yang lain.
3)
Lingkungan
Akademis yaitu suasana sekolah & pelaksanaan kegiatan belajar mengajar
& berbagai kegiatan kokurikuler. (Nana Syaodih Sukmadinah,2004:164)
Lingkungan sekolah terkait dengan
metode mengajar guru, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan
siswa, disiplin sekolah. Lingkungan sekolah mencakup keadaan lingkungan
sekolah, suasana sekolah, keadaan gedung, masyarakat sekolah, tata tertib dan
fasilitas-fasilitas sekolah. Seperti pula dalam bukunya Dimyati & Mudjiono
bahwa dalam prasarana pembelajaran meliputi gedung sekolah, ruang belajar,
lapangan olah raga, ruang ibadah, ruang kesenian & peralatan olah raga. Sarana
pembelajaran meliputi buku pelajaran, buku bacaan alat dan fasilitas
laboratorium sekolah dan berbagai media pembelajaran lainnya.
Lingkungan sekolah juga memegang
peranan penting bagi perkembangan belajar para siswanya. Lingkungan ini
meliputi lingkungan fisik sekolah seperti lingkungan sekitar sekolah, sarana
dan prasarana belajar yang ada, sumber-sumber belajar dan media belajar dan
sebagainya. Lingkungan sosial menyangkut hubungan siswa dengan kawan-kawannya,
guru-guru serta staf sekolah lainnya. Lingkungan sekolah juga menyangkut
lingkungan akademis, yaitu suasana dan pelaksanaan kegiatan belajar -mengajar,
berbagai kegiatan kokulikuler dan sebagainya.
Berdasarkan uraian di atas dapat
disimpulkan bahwa lingkungan sekolah merupakan tempat bagi siswa untuk belajar
bersama teman-temannya secara terarah guna menerima transfer pengetahuan dari
guru yang didalamnya mencakup keadaan sekitar suasana sekolah, relasi siswa
dengan dan teman-temannya, relasi siswa dengan guru dan dengan staf sekolah,
kualitas guru dan metode mengajarnya, keadaan gedung, masyarakat sekolah, tata
tertib, fasilitas-fasilitas sekolah, dan sarana prasarana sekolah.
3.
Tinjauan tentang peran guru dalam proses pembelajaran
a. Pengertian
Peran Guru
Mengenai apa
peran guru itu ada beberapa pendapat yang dijelaskan dalam buku Sardiman A.M.
(2006:143), antara lain:
1)
Prey Katz
menggambarkan peran guru sebagai komunikator, sahabat yang dapat memberikan
nasihat-nasihat, motivator sebagai pemberi inspirasi dan dorongan, pembmbing
dalam mengembangkan sikap dan tingkah laku serta nilai-nilai, orang yang
menguasai bahan yang diajarkan.
2)
James
W.Brown mengemukakan bahwa tugas dan peran guru antara lain: menguasai dan
mengembangkan materi pelajaran, merencana dan mempersiapkan pelajaran
sehari-hari, mengontrol dan mengevaluasi kegiatan siswa.
3)
Federasi dan
Organisasi Profesional Guru Sedunia mengungkapkan bahwa peran guru di sekolah,
tidak hanya sebagai transmitter dari ide tetapi juga berperan sebagai
transformer dan katalisator dari nilai dan sikap.
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa, peran guru adalah:
1)
Sebagai
informator, guru sebagai pelaksana mengajar informatife, laboratorium, studi
lapangan dan informasi kegiatan maupun umum.
2)
Sebagai
organisator, guru sebagai pengelola kegiatan akademik, silabus, workshop,
jadwal pelajaran, dan lain-lain.
3)
Sebagai
motivator, guru harus dapat merangsang dan memberikan dorongan untuk
mendinamisasi potensi siswa, menumbuhkan swadaya (aktivitas) dan daya cipta,
sehingga akan terjadi dinamika di dalam proses belajar mengajar.
4)
Sebagai
direktor guru harus dapat membimbing dan mengarahkan kegiatan belajar mengajar
siswa sesuai dengan tujuan yang dicita-citakan.
5)
Sebagai
inisiator, guru sebagai pencetus ide-ide kreatif yang dapat dicontoh oleh anak
didiknya dalam proses belajar.
6)
Sebagai
transmitter, guru bertindak sebagai penyebar kebijaksanaan pendidikan dan
pengetahuan.
7)
Sebagai
fasilisator, guru memberikan fasilitas atau kemudahan dalam proses belajar
mengajar.
8)
Sebagai
mediator, guru sebagai penengah dalam kegiatan belajar siswa.
9)
Sebagai
evaluator, Guru mempunyai otoritas untuk menilai prestasi anak didik dalam
bidang akademis maupun tingkah laku sosialnya, sehingga dapat menentukan
bagaimana anak didiknya berhasil atau tidak.
Slameto
(1995:97-98) mengemukakan bahwa dalam proses belajar mengajar, guru mempunyai
tugas untuk mendorong, membimbing, dan memberi fasilitas belajar bagi siswa
untuk
mnecapai
tujuan. Guru mempunyai tanggung jawab untuk melihat segala sesuatu yang terjadi
dalam kelas untuk membantu proses perkembangan siswa. Penyampaian materi
pelajaran hanyalah merupakan salah satu dari berbagai kegiatan dalam belajar
sebagai suatu proses dinamis dalam segala fase dan proses perkembangan siswa.
Secara lebih terperinci tugas guru terpusat pada :
1)
Mendidik dengan
titik berat memberikan arah dan motivasi pencapaian tujuan baik jangka
pendek maupun jangka panjang.
2)
Memberi
fasilitas pencapaian tujuan meliputi pengalaman belajar yang memadai.
3)
Membantu
perkembangan aspek-aspek pribadi seperti sikap, nilai-nilai dan penyesuaian
diri.
Dengan demikian
peranan guru dalam belajar ini menjadi lebih luas dan lebih mengarah kepada
peningkatan motivasi belajar siswa. Melalui peranannya guru diharapkan mampu
mendorong siswa untuk senantiasa belajar dalam berbagai kesempatan melalui
berbagai sumber dan media. Guru hendaknya mampu membantu setiap siswa secara
efekktif dapat mempergunakan berbagai kesempatan belajar dan berbagai sumber
serta media belajar. Hal ini berarti bahwa guru hendaknya dapat mengembangkan
cara dan kebiasaan belajar yang sebaik-baiknya. Selanjutnya sangat diharapkan
guru dapat memberikan fasilitas yang memadai sehingga siswa dapat belajar
secara efektif.
B. Penelitian yang
Relevan
Menurut
Syaiful (2009) meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi
belajar matematika siswa SMK di Kecamatan Karangmojo. Peneliti dibatasi oleh
masalah kemampuan mengajar, perhatian orang tua, dan sarana belajar, ketiga
masalah tersebut sebagai variable bebas. Hasil peneliti menyimpulkan bahwa
kemampuan mengajar guru, perhatian orang tua, dan sarana belajar bersama-sama
berpengaruh secara signifikan terhadap motivasi belajar siswa, namun kemampuan
mengajar guru mempunyai pengaruh yang tertinggi dibandingkan dengan perhatian
orang tua dan sarana belajar.
Nur Huda (2007) meneliti tentang survey
faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi siswa kelas XI dalam mengikuti
pelajaran pendidikan jasmani di SMA Muhammad 1 Semarang tahun 2006/2007 mampu
mempengaruhi motivasinya dalam mengikuti pelajaran pendidikan jasmani dalam
kategori tinggi sedangkan faktor ekstrinsik juga mempengaruhi motivasinya dalam
mengikuti pelajaran pendidikan jasmani dalam kategori tinggi pula. Tingginya
pengaruh faktor intrinsik terhadap motivasi siswa disebabkan siswa telah
memiliki derajat kesehatan yang sangat tinggi, memiliki perhatian yang tinggi
pada mata pelajaran pendidikan jasmani, memiliki minat yang tinggi dalam
mengikuti pelajaran pendidikan jasmani, serta memiliki bakat dalam bidang
olahraga yang tinggi. Sedangkan tingginya pengaruh faktor ekstrinsik disebabkan
karena metode mengajar guru memiliki variasi yang tinggi, alat pelajaran
pendidikan pendidikan jasmani yang ada memiliki inovasi da kelengkapan yang
tinggi, waktu pelajaran memiliki kesesuaian dengan kondisi siswa yang sedang serta
kondisi siswa yang sedang serta kondisi lingkungan yang mendukung tinggi.
Riris Purnowati (2006) meneliti tentang
pengaruh disiplin dan motivasi belajar terhadap prestasi belajar siswa kelas X
SMK Teuku Umar Semarang tahun ajaran 2005/2006. Hasil penelitian menyimpulkan
bahwa disiplin belajar siswa kelas X SMK Teuku Umar Semarang tahun ajaran
2005/2006 termasuk dalam kategori baik, motivasi belajar siswa dalam kategori
baik.
C. Kerangka
Berpikir
Berdasarkan deskripsi teoritis yang
telah di atas, selanjutnya diajukan kerangka berpikir dan model hubungan antar
masing-masing variable dalam penelitian ini. Sesuai dengan ruang lingkup
penelitian yaitu tentang motivasi belajar siswa pada mata pelajaran Lokal Area
Network di SMK Tamansiwa Jetis Yogyakarta, dapat diduga predictor yang
mempengaruhi motivasi belajar siswa adalah lingkungan sekolah dan metode
pembelajaran guru. Keseluruha faktor tersebut mempunyai kaitan yang sangat erat
antara variabel satu dengan variabel lainnya.
1.
Hubungan
lingkungan sekolah dengan motivasi belajar
2.
Hubungan
peran guru dalam proses pembelajaran dengan motivasi belajar
3.
Model
kerangka konseptual
Lingkungan sekolah X1
Motivasi
belajar Y
Peran guru dalam proses pembelajaran X2
Keterangan:
: Variabel lingkungan sekolah, peran guru dalam
proses pembelajaran
: Masing-masing variabel berpengaruh terhadap
motivasi belajar
C. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan permasalahan penelitian dan kajian teoritis di atas, maka disusun
ghipotesis penelitian berikut:
1. Terdapat pengaruh
yang positif dan signifikan lingkungan sekolah terhadap motivasi belajar siswa
pada mata pelajaran Lokal Area Network di SMK Tamansiswa Jetis Yogyakarta.
2. Terdapat pengaruh yang
positif dan signifikan peran guru dalam proses pembelajaran terhadap
motivasi belajar siswa pada mata pelajaran Lokal Area Network di SMK Tamansiswa
Jetis Yogyakarta.
3. Terdapat pengaruh yang
positif dan signifikan lingkungan sekolah dan peran guru dalam proses
pembelajaran secara bersama-sama terhadap motivasi belajar siswa pada
mata pelajaran Lokal Area Network di SMK Tamansiswa Jetis Yogyakarta.
BAB
III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan
jenis regresi. Ragam penelitian ini adalah penelitian yang terstruktur yag
dimulai dari pengujian hipotesis, sedangkan jenis penelitian bersifat non
eksperimental. Penelitian korelasional untuk mengetahui bagaimana faktor-faktor
Lingkungan Sekolah (X1), Peran Guru Dalam Proses Pembelajaran (X2)
terhadap Motivasi Belajar Siswa (Y).
Pengumpulan data variabel bebas dan variable terikat
dilakukan dengan angket. Analisis regresi digunakan untuk mengetahui predictor
yang paling kuat dan predictor yang paling lemah diantara variable bebas
terhadap variable terikat.
B. Definisi Operasional Variabel Penelitian
Definisi operasional dalam
penelitian ini adalah:
1.
Motivasi belajar adalah sebuah dorongan untuk melakukan sesuatu hal yag
diwujudksan dalam sebuah tindakan untuk melakukan kegiatan belajar dalam
mencapai sebuah tujuan yang diharapkan. Ciri seseorang yang mempunyai motivasi
yaitu: tekun menghadapi, ulet menghadapi kesulitan, Menunjukkan minat terhadap
bermacam-macam masalah untuk orang dewasa, lebih senang belajar mandiri, cepat
bosan pada tugas-tugas yang rutin, dapat mempertahankan pendapatnya, tidak
mudah melepaskan hal yang diyakini itu serta senang mencari & memecahkan
masalah soal-soal.
2.
Lingkungan sekolah adalah segala sesuatu yang mempengaruhi kenyamanan belajar
siswa baik dalam bentuk aspek fisik maupun aspek non fisik. Termasuk dalam
aspek fisik yaitu kelengkapan sarana prasarana, sedangkan dalam aspek non fisik
yaitu relasi siswa dengan siswa warga sekolah. Lingkungan sekolah terkait
dengan metode mengajar guru, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa
dengan siswa, disiplin sekolah. Lingkungan sekolah mencakup keadaan lingkungan
sekolah, suasana sekolah, keadaan gedung, masyarakat sekolah, tata tertib dan
fasilitas-fasilitas sekolah.
3.
Peran Guru dalam Proses Pembelajaran adalah hasil pemahaman siswa
terhadap peran guru sehingga nantinya dapat ditentukan bagaimana tanggapan
siswa terhadap peran yang telah dijalankan oleh guru tersebut. Adapun indikator
dari Peran Guru dalam Proses Pembelajaran yaitu: Sebagai informator,
organisator, motivator, direktor inisiator, transmitter , fasilisator ,
mediator, evaluator dalam proses pembelajaran.
C. Tempat
dan waktu penelitian
Penelitian ini dilakukan di SMK Tamasiswa Jetis Yogyakarta.
D.
Populasi penelitian
Populasi dalam
penelitian ini adalah semua siswa kelas XI jurusan Teknik Komputer dan Jaringan
di SMK Tamansiswa Jetis Yogyakartayang jumlahnya 67 orang.
E. Instrumen dan
Teknik Pengumpulan Data
Menurut
Suharsimi Arikunto (2006:222) metode pengumpulan data adalah cara yang dapat
digunakan oleh peneliti untuk teknik pengumpulan data. Berdasarkan sifat
masalahnya, yaitu pemanfaatan gambar peneliti bermaksud untuk menguji hipotesis
karena hasilnya akan dihitung dengan menggunakan statistik.
1.
Instrumen penelitian
Instrumen
merupakan alat bantu yang digunakan untuk mengumpulkan data. Instrumen pada
penelitian kuantitatif menggunakan angket, lembar observasi atau lainya. Penelitian
ini menggunakan angket tertutup dimana jawaban sudah disediakan oleh peneliti
sehingga responden tinggal memilih. Angket ini menggunakan skala libert.
Menurut Sugiyono (2010:134) skala likerrt digunakan untuk mengukur sikapa atau
pendapat seseorang atau sejumlah kelompok terhadap sebuah fenomena sosial
dimana jawaban setiap item instrument mempunyai gradasi dari sangat positif
sampai sangat negative. Pengisian angket ini dengan cara setiap responden harus
memilih satu diantara 4 alternatif jawaban yang ada dari masing-masing item,
tidak ada jawaban benar atau salah, setiap jawaban mempunyai skor
berbeda. Melalui skala Likert variable-variabel yang akan diukur dijabarkan
menjadi indikator-indikator. Adapun skoruntuk masing-masing alternatf
jawaban adalah:
a. Variabel Motivasi
Belajar dan Metode pembelajaran guru
1) Skor 1 untuk
alternatif jawaban Tidak Sesuai
2) Skor 2 untuk
alternatif jawaban Kurang Sesuai
3) Skor 3 untuk
alternatif jawaban Sesuai
4) Skor 4 untuk
alternatif jawaban Sangat Sesuai
b. Variabel Lingkungan
Sekolah
1) Skor 1 untuk alternatif jawaban Kurang
Baik
2) Skor 2 untuk alternatif jawaban Cukup Baik
3) Skor 3 untuk alternatif jawaban Baik
4) Skor 4 untuk alternatif jawaban Sangat
Baik
Adapun
kisi-kisi penyusunan instrumen angket adalah sebagai berikut:
1. Lingkungan Sekolah
Indikator dari angket variabel Lingkungan sekolah dapat
dilihat dari table berikut ini:
No
|
Indikator
|
No.item
|
jumlah
|
1
|
Keadaan
sekitar sekolah
|
1,2,3,4
|
4
|
2
|
Keadaan
gedung sekolah & fasilitas sekolah
|
5,6,7,8
|
4
|
3
|
Sarana & prasarana sekolah.
|
9,10,11
|
3
|
4
|
Suasana
sekolah
|
11,12,13,14
|
4
|
5
|
Relasi siswa
dengan teman-temanya
|
15,16
|
2
|
6
|
Relasi siswa
dengan guru
|
17,18
|
2
|
7
|
Relasi siswa
dengan staf sekolahan
|
19*,20
|
2
|
8
|
Tata tertib
di sekolah
|
21,22*,23
|
3
|
*nomor
item dengan pertanyaan negatif.
3. Peran guru dalam proses pembelajaran
Indikator dari angket variabel Metode pembelajaran guru
dapat dilihat dari table berikut ini:
No
|
Indikator
|
No.item
|
jumlah
|
1
|
Sebagai
informator
|
1,2,3
|
3
|
2
|
Sebagai
organisator
|
4,5
|
2
|
3
|
Sebagai motivator
|
6,7*,8*
|
3
|
4
|
Sebagai
direktor
|
9,10,11
|
3
|
5
|
Sebagai inisiator
|
12,13,14
|
3
|
6
|
Sebagi transmitter
|
15,16,17
|
3
|
7
|
Sebagai fasilisator
|
18,19,20
|
3
|
8
|
Sebagai mediator
|
21,22
|
2
|
9
|
Sebagai evaluator
|
23,24,25
|
3
|
*nomor item dengan pertanyaan negatif.
2. Motivasi Belajar
Indikator dari angket variabel Motivasi belajar dapat dilihat dari table berikut
ini:
No
|
Indikator
|
No.item
|
jumlah
|
1
|
Tekun
menghadapi tugas
|
1,2*,3*,4
|
4
|
2
|
Ulet
menghadapi kesulitan.
|
5,6,7
|
3
|
3
|
Keinginan
mendalami materi yang diberikan.
|
8,9,10,11
|
4
|
4
|
Senang dan
rajin penuh semangat.
|
12,13,14,15*
|
4
|
5
|
Dapat
mempertahankan pendapatnya
|
16,17,18
|
3
|
6
|
Berprestasi
sebaik mungkin.
|
19,20,21
|
3
|
7
|
Senang
mencari dan memecahkan masalah.
|
22,23
|
2
|
8
|
Minat
terhadap masalah yang belum diketahui
|
24,25,26
|
3
|
*nomor item
dengan pertanyaan negatif.
a. Validitas
Instrumen
Validitas instrument berhubungan dengan kesesuaian dan kecermatan fungsi alat
ukur yang digunakannya. Suatu alat pengukur dikatakan valid jika benar-benar
sesuai dan menjawab tentang variabel yang diukur. Validitas adalah suatu ukuran
yang menunjukan kevalidan atau keahlian suatu instrument. Menurut Sugiyo
(2004:109), sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yag
diteliti secara tepat. Validitas instrument dalam penelitian ini dilakukan
dengan validitas konstruk dan validitas isi. Menurut Sugiyo (2004:141),
validitas kontruk dilakukan dengan mengkonsultasikan indikator-indikator yang
digunakan dalam instrument pada ahli dibidangnya sehingga pengembangan
indikatornya sesuai dengan kebutuhan penelitian.
Validitas isi dilakukan dengan mengembangkan kisi-kisi instrument menjadi
butir-butir (item) pertanyaan. Sehubungan validitas alat ukur, Suharsimi
Arikunto (2002:145), membedakan dua macam validitas alat ukur yaitu validitas
logis dan validitas empiris. Validitas logis merupakan validitas yang diperoleh
melalui cara-cara yang benar sehingga menuntut logika yang akan dapat dicapai
suatu tingkat validitas yang dikehendaki. Validitas empiris adalah validitas
yang diperoleh dengan jalan mengujjicobakan instrument pada sasaran yang sesuai
dalam penelitian.
Uji validitas instrument dimaksudkan untuk mendapatkan alat ukur yang
sahih dan terpercaya. Pengujian validitas logis dalam penelitian ini, dilakukan
dengan jalan mengkonsultasikan kisi-kisi instrument yang telah disusun kepada
ahli, dalam hal ini adalah dosen yang ahli di bidang pendidikan.
Selesai angket disusun dan diuji coba validitas logis dan reliabilitas, angket
tersebut diujicobakan pada 30 siswa dari SMK yang memiliki karakteristik yang
hampir sama di luar sampel penelitian untuk mengetahui validitas item soal.
Menurut Sugiyanto (2010:177) instrument yang diujicobakan pada sampel dimana
populasi diambil dengan jumlah anggota sampel yang digunakan sekitar 30 orang.
Hasil uji coba ini diketahui sejauh man validitas dan reabilitas instrument
yang akan digunakan dalam pengambilan data.
Pengujian validitas adalah pengujian yang digunakan untuk mengetahui sejauh
mana ketepatan dan kecermatan alat ukur dalam melakukan fungsinya sebagai alat
ukur. Nilai validitas yang dicari dengan menggunakan rumus koefisien korelasi product
moment dari Karl Person (Suharsimi
Arikunto,2006:170). Pengujian validitas ini dilakukan untuk mengukur validitas
instrument.
=
|
Keterangan:
r xy
= Koefisien korelasi
N
= Jumlah responden
=
Total perkalian skor item dan total
= Jumlah skor item
= Jumlah skor total
= Jumlah kuadrat skor item
=
Jumlah kuadrat skor total Suharsimi Arikunto, 2006:170)
Pengujian validitas empiris dapat menggunakan teknik
analisis butir, yaitu dengan cara mengkorelasikan skor tiap butir dengan skor
totalnya. Menurut Sutrisno Hadi (1987:27) suatu butir dikatakan valid apabila rpq>r–tabel
pada taraf signifan 5% pada pengujian satu sisi.
F. Teknik Analisis
Data
Teknik analisis
data adalah suatu cara yag dilakukan untuk mengolah data agar dihasilkan suatu
kesimpulan yang tepat. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini meliputi analisa
deskriptif dan pengujian hipotesis dengan menggunakan regresi dua prediktor.
Contoh Proposal Skripsi Pendidikan
Pengaruh Lingkungan Sekolah, Peran Guru dalam Proses Pembelajaran terhadap
Motivasi Belajar Siswa
Untuk uji
dan cara menghitung datanya bisa klik TUTORIAL
OLAH DATA KLIK DISINI
[button
link=”http://devamelodica.com/membangun-komunitas-blogger-purworejo-berirama/”
type=”big” color=”orange” newwindow=”yes”] UNTUK MELIHAT KUMPULAN PROPOSAL YANG
LEBIH LENGKAP KLIK DISINI[/button]
Terima kasih semoga dapat membantu anda semua yang hendak
menyusun skripsi, ingat ini adalah contoh dan tidak diperbolehkan menjiplaknya
100 %, namun hanya pola saja yang kami berikan kepada anda. salam sukses Contoh Proposal Skripsi
Pendidikan Pengaruh Lingkungan Sekolah, Peran Guru dalam Proses Pembelajaran
terhadap Motivasi Belajar Siswa
Tidak ada komentar:
Posting Komentar